tag:blogger.com,1999:blog-85066800416248366862024-03-14T03:07:56.332-07:00whispering ann...amor vincit omniaAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/10216872955815203073noreply@blogger.comBlogger14125tag:blogger.com,1999:blog-8506680041624836686.post-90497787859966225802013-05-19T22:45:00.001-07:002013-05-19T22:45:47.940-07:00Rapid Fire QuestionOmaygaaddd,,, gue dapet lagi tag Rapid Fire Question. Susah sih yaa kalo jadi artis famous. Pastiii aja ada yang kepo pengen tau segala urusan gue,, hmmm... *lalu, plakk ditabok Si HS* hahahhahahha.. Trus gue mesti gimana dong gimana dong gimana dong (gaya lebay bin alay), ni pertanyaan susah-susah bangeett bangeett bangett beuudddhhh buat dijawab. Inget yaa, gue ini public figura (catat! public figura bukan figure), jadi setiap tutur kata dan tingkah laku gue mesti dijaga sebaik-baiknya. Maka, setiap pertanyaan apapun harus gue sikapi dengan sebijak-bijaknya. Ala filsuf kalo bisa.<br />
Ya sudahlah, daripada Si HS ngamuk-ngamuk lantaran dicuekin sama artis idolanya *lalu, plakk ditabok lagi*, mendingan gue jawab aja ni pertanyaan satu-satu. Dan sesuai dengan judulnya "Rapid Fire Question" maka gue bakal ngejawab semuanya dengan berapi-api.<br />
Siap-siaappp.. Ready and goooo...<br />
<br />
1. Nambah atau ngurangin timbunan buku?<br />
Sekali lagi gue tegasin! Gue pilih nambah timbunan buku. Tapi buku-buku gue gak ditimbun ding. Situ pikir buku gue minyak tanah atau bensin ya, pake ditimbun-timbun segala.<br />
<br />
2. Pinjam atau beli buku?<br />
Gue orang kaya men, makanya gue beli. Apaan sih pinjam-pinjam, hahhahahaa... Padahal gue minta dibeliin. Bisa abis duit gue kalo mesti beli buku sendiri, soalnya gue termasuk rakus. Sama kayak makan, gue emang rakus dalam segala hal.<br />
<br />
3. Baca buku atau nonton film?<br />
Hmm, kemarin gue abstain. Abisnya, susah banget sih menentukan pilihan di antara keduanya. Tapi sepertinya gue memang harus memilih. Dan, jreng jreng jreng,,,,, gue pilih baca buku aja deh. Bukan karena apa-apa sih, biar dikirain orang pinter aja. Padahal buku yang gue baca juga cuman hentai komik sama novel stensilan, hahhahaha.<br />
<br />
4. Beli buku online atau offline?<br />
Offline dong, soalnya gue tipe orang yang benar-benar mengamalkan peribahasa sambil menyelam minum air, artinya sambil beli nyambi juga baca-baca buku lain. Sampai tamat! Catat ya, sampai tamat! Kebayang gak tuh berapa lama gue ngeden di toko buku? Kadang malah gue gak jadi beli. Orang dah tamat duluan gue baca di situ. *WOWW*<br />
<br />
5. (Penting) buku bajakan atau ori?<br />
Sekali lagi gue tanya, emang ada buku bajakan? Setau gue yang biasanya dibajak itu sawah sama pesawat terbang.<br />
<br />
6. Gratisan atau diskonan?<br />
Penting banget buat dijawab nih. Absolutely gratisan, titik. Tak ada tawar menawar lagi.<br />
<br />
7. Beli pre order atau menanti dengan sabar?<br />
Duuuh, gue ini mungkin adalah manusia paling sabar di dunia. Sampai-sampai gue tetap bersabar menanti jodoh yang tak kunjung datang. Tuh, soal jodoh aja gue sabar apalagi kalo cuma urusan buku.<br />
<br />
8. Buku asing (terjemahan) atau lokal?<br />
Banyakan sih asing, tapi lokalan juga kalo kualitasnya oke kayak Vino G Bastian sih gue kagak nolak juga. (Eh, ini ngomongin apaan sih?)<br />
<br />
9. Pembatas buku, penting atau biasa aja?<br />
Penting banget bangett bangeettt.. Selain pecinta wanita (Ehh), gue juga pecinta kerapian.<br />
<br />
10. Bookmarks atau bungkus chiki?<br />
Yaeelllaaaahhh... Sekarang kan buku-buku berbonus bookmark juga, ngapain pake-pake bungkus chiki?<br />
<br />
Oke, 10 pertanyaan wajib dah gue jawab. Ada lagi? Ada lagi? Ada lagi? -nantang nih- hahhahaha. Trus Si HS teriak: "Woii pertanyaan tambahan dari gue jawab oiii.." sambil nyolot.<br />
Ya udah deh daripada Si HS makin nyolot kepaksa gue jawab pertanyaan dia. Inilah pertanyaan asal dan jawaban jenius dari gue. *plaakk!! udah dong bro HS jangan tabokin gue mulu*<br />
<br />
1. Facebook atau blog?<br />
Facebook dong. Terimakasih kepada Mr. Mark yang telah menjembatani berjuta-juta manusia di dunia ini buat saling mengenal, cipika-cipiki dan gontok-gontokan dalam wadah bernama buku muka.<br />
<br />
2. Twitter atau facebook?<br />
Ih, ni orang cerewet amat sih! Facebook, facebook, facebook, sejuta facebook. Puas puas puaasss.. *plaa... iya iya, gak usah nyolot*<br />
<br />
3. Film adaptasi novel atau film dengan cerita baru?<br />
Biasanya sih film adaptasi novel selalu gak pernah muasin gue. Angels and Demons contohnya. Satu-satunya film adaptasi novel yang berhasil muasin gue cuma Life of Pi doang. So, gue pilih film dengan cerita baru aja deh.<br />
<br />
4. Science fiction atau Romantic comedy?<br />
Ehm, berhubung gue seorang jenius jadi gue pilih romantic comedy. Okraaayyyy.<br />
<br />
5. Indie atau mainstream?<br />
Dua-duanya gak masalah, gue bukan orang yang fanatik buta kok. Wkwkkwkwkwkwk.<br />
<br />
Okey Mr. HS sebaiknya gue sudahi saja tanya jawab yang sebetulnya gak pengen gue selesein ini. Kalo bisa besok-besok situ tag gue lagi ya, biar gue dikirain manusia super sibuk dan super famous sama orang-orang. Haa... *mau ketawa tapi gak jadi takut ditabok lagi* <br />
Eh, gue gak lempar ini pertanyaan sama orang lain yah, soalnya kemaren gue udah main ginian di FB. Takutnya orang-orang pada protes sama gue. Masa artis terkenal kayak gue kepo sih! *Huftzzz* <br />
<br />
<br />
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10216872955815203073noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8506680041624836686.post-58823169080274957882013-03-25T23:17:00.001-07:002013-03-25T23:18:54.752-07:00The Expected One (Review Buku)<a href="http://www.goodreads.com/book/show/10132339-dia-yang-dinantikan-the-expected-one---magdalene-line-series-book-1" style="float: left; padding-right: 20px;"><img alt="Dia Yang Dinantikan (The Expected One) - Magdalene Line Series Book 1" border="0" src="http://d.gr-assets.com/books/1294285404m/10132339.jpg" /></a><a href="http://www.goodreads.com/book/show/10132339-dia-yang-dinantikan-the-expected-one---magdalene-line-series-book-1">Dia Yang Dinantikan (The Expected One) - Magdalene Line Series Book 1</a> by <a href="http://www.goodreads.com/author/show/162077.Kathleen_McGowan">Kathleen McGowan</a><br />
<br />
My rating: <a href="http://www.goodreads.com/review/show/564095369">2 of 5 stars</a><br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Novel ini pasti saudara kembarnya The Da Vinci Code, hanya saja berjenis kelamin perempuan. Mengungkap kisah hidup Yesus lewat sudut pandang Maria Magdalena. Penuh intrik dan misteri. Konon, Maria Magdalena merupakan istri sah dari Yesus yang dia sebut sebagai Easa. Dan dari Easa pula, Maria Magdalena memiliki dua orang anak dan satu orang anak dari pernikahan sebelumnya bersama Yohanes Pembaptis. Sampai di sini sudah cukup kontroversial kan bukunya?</div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita kemudian berpusat pada Maureen Paschal, seorang penulis berkebangsaan Amerika yang menulis sebuah buku tentang perempuan-perempuan yang -menurutnya- telah ditulis secara tidak adil dalam sejarah seperti Marrie Antoinette dan juga Maria Magdalena. Lewat buku itulah Maureen dikenal secara luas dan menarik perhatian Berenger Sinclair, seorang kaya raya pemimpin sebuah sekte pemuja Maria Magdalena.</div>
<div style="text-align: justify;">
Halaman-halaman awal buku ini saya lewati dengan sangat mulus, terlebih karena saya memang sangat menyukai novel-novel dengan genre seperti ini, terutama novel-novel karangan Dan Brown. Namun makin ke dalam makin saya merasa jenuh, bosan, dan tidak berminat untuk terus membacanya (ffyyuuhh, syukurlah saya masih bisa memaksakan diri). Tema yang disuguhkan sebenarnya sangat aduhai alamak semlohay, namun bagi saya Katlheen McGowan kurang sukses mengeksekusi tema yang aduhai alamak semlohay itu menjadi sesuatu yang cettarr membahana baddaaii, beda sama Dan Brown. Kelemahan utama buku ini menurut saya adalah ritmenya yang begitu-begitu saja alias tidak naik turun dan menegangkan seperti saudara kembarnya The Da Vinci Code. Konflik-konflik yang tertuang di dalamnya pun terkesan sinetron banget. Ala-ala opera sabun gitu deh. Belum lagi sang penulis yang merasuk terlalu jauh ke dalam karakter ciptaanya sendiri. Seolah dia adalah Maureen Paschal The Expected One, Dia Yang Dinantikan. BeTeWe, sang penulis memang menganggap bahwa dirinya adalah keturunan dari Maria Magdalena. We oo wee... </div>
<div style="text-align: justify;">
At least saya kasih dua bintang buat buku ini. Lumayanlah, gak parah-parah amat sampai saya mesti bilang i don't like this book.</div>
<br />
<br />
<br />
<a href="http://www.goodreads.com/review/list/18470100-herlianist">View all my reviews</a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10216872955815203073noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8506680041624836686.post-67817558217242116902013-03-25T18:56:00.001-07:002013-03-25T19:08:38.041-07:00Ngudud di Angkot<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-cyL_6Jt3T6c/UVEAOhT_nWI/AAAAAAAAALU/CceFSuBtbzc/s1600/id.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-cyL_6Jt3T6c/UVEAOhT_nWI/AAAAAAAAALU/CceFSuBtbzc/s1600/id.jpg" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berulang kali saya tidak habis pikir dengan mereka-mereka yang seenak udelnya sendiri ngudud di angkutan umum. Apa sih enaknya ngudud di dalam angkot yang sempit? Apa mereka gak kasihan sama orang yang duduk di sebelah mereka? Selain tidak enak dihirup, udara yang telah tercemar asap rokok juga menyebabkan sesak napas secara instan. Bukankah mereka tahu kalau racun dari asap rokok itu bukan hanya akan menggerogoti kesehatan mereka saja, namun pasti juga meracuni orang sial yang duduk di dekat mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam asap rokok terkandung lebih dari 4000 bahan kimua beracun dan 43 senyawa karsinogenik (penyebab kanker). Maka sungguh dholim sekali manusia yang merokok di dalam angkutan umum sehingga menyebabkan orang yang tidak tahu apa-apa harus ikut menanggung akibat dari asap rokok yang dia nikmati. Seharusnya pemerintah secara tegas menerapkan peraturan pelarangan merokok di dalam angkutan umum. Spesifik aja deh Pak Pemerintah! Gak usah larang-melarang ngudud di tempat umum, cukup di dalam angkutan umum aja. Saya sampai sejauh ini masih bisa mentolerir orang yang merokok di foodcourt atau rumah makan atau mall atau jalan raya. Toh tempat itu luas dan mudah menghindari asap rokok di tempat seluas itu. Tapi di dalam angkot? Omaygaaaddddd... Sungguh tercela dia yang ngudud di dalamnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Saya gak anti orang yang merokok, saya juga gak pernah memusuhi mereka. Yang saya mau, merokoklah pada tempatnya! Sebagai manusia yang berbudi seharusnya para perokok paham akan aturan main yang tidak tertulis itu. Yuk, kita budayakan merokok dengan santun. Kan bisa tuh merokok di dalam kamar atau di teras rumah sambil ngopi-ngopi bareng teman dan sahabat. Asik kan kalau begitu. Daripada mesti memaksakan diri merokok di tempat sempit dengan resiko dimusuhin orang seangkot.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b> "Dan sesungguhnya ngudud di angkot itu tiadalah menimbulkan kenikmatan melainkan kesengsaraan bagi manusia di sebelahmu. Maka dari itu bersegeralah kalian bertobat dan ngududlah pada tempatnya."</b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>Wassalam</b> </div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10216872955815203073noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-8506680041624836686.post-70985310055951755292013-03-18T23:49:00.000-07:002013-03-18T23:50:59.589-07:00Amarah Kesiangan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://weaponsman.com/wp-content/uploads/2013/01/Fire-Hands-Screensaver_1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="178" src="http://weaponsman.com/wp-content/uploads/2013/01/Fire-Hands-Screensaver_1.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Baiknya kusumpal saja mulut ini. Sebab kata-kata telah menjadi
sedemikian kalap. Seperti hujan yang senantiasa luruh di pelataran.
Hantarkan beribu getir yang menggelombang. Serupa itu pula tutur katamu
menghakimi. Seolah aku ini penjahat super yang tak pantas beroleh ampun.
Padahal di antara luasnya samudera bahasa selalu kupilih kata-kata yang
paling lugu untuk kujadikan sesaji dalam ritual percakapan kita.
</div>
Namun kau telah sebegitu angkaranya. Menandak-nandak dalam buncah
amarah. Hingga lenyap segala awan sejuk dari kepala. Ah, ingin rasanya
aku tenggelam serupa pasukan Firaun di Laut Merah. Biar kecamuk badai di
otakku ikut kandas digerus ombak.
<br />
Sama sepertimu aku manusia juga. Punyai api meski sekadar di dalam
sekam. Kelak ia kan berkobar-kobar jingga bila selalunya kau sulut
murka. Maka baiknya kusumpal saja mulut ini. Sebab kata-kata telah
menjadi sedemikian kalap. Bersiap terhujam ke arahmu.<br />
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10216872955815203073noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8506680041624836686.post-75023177292330731032013-03-10T20:09:00.004-07:002013-03-10T20:21:40.673-07:00Puisi dan Surat Cinta #PostcardFiction @Kampung Fiksi<div style="text-align: justify;">
Hai hai, sesuai janji sebelumnya, kali ini saya posting lagi buat eventnya <a href="http://www.kampungfiksi.com/">Kampung Fiksi</a> yaitu #PostcardFiction Edisi Valentine. Ada dua postcard yang saya jadikan satu dalam postingan kali ini. Yang satu berupa puisi dan yang satu lagi adalah surat cinta.</div>
<div style="text-align: justify;">
Here they are:</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-PzER1qfJikc/UT1J-A4I0jI/AAAAAAAAAKw/xMCO_Fkyhmg/s1600/adiba.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://4.bp.blogspot.com/-PzER1qfJikc/UT1J-A4I0jI/AAAAAAAAAKw/xMCO_Fkyhmg/s320/adiba.jpg" width="228" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Puisi Blue Theme</div>
<div style="text-align: center;">
Title: Adiba</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-_WSfPV5zjis/UT1KVdS2R4I/AAAAAAAAAK4/I9JPZswoF4w/s1600/surat.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://1.bp.blogspot.com/-_WSfPV5zjis/UT1KVdS2R4I/AAAAAAAAAK4/I9JPZswoF4w/s320/surat.jpg" width="228" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Surat Cinta Pink Theme</div>
<div style="text-align: center;">
Title: Rindu</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10216872955815203073noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8506680041624836686.post-44063691485817978272013-02-28T19:39:00.004-08:002013-02-28T19:40:26.668-08:00#PostcardFiction Edisi Valentine<div style="text-align: justify;">
Dalam rangka ikut meramaikan hajatannya <a href="http://www.kampungfiksi.com/">Kampung Fiksi</a> yang bertajuk #PostcardFiction Edisi Valentine, saya akhirnya memberanikan diri buat mengirim dua buah fiksi mini dengan sub tema Blue Theme (Sad Love Story). Malu siiiih, gak pede juga. Tapi gak apa-apa yaaa, sekadar buat ikut meramaikan aja, hehhehhe ...</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada dua buah cerita mini yang saya buat dan saya posting di sini. Tapiiii,, berhubung dua-duanya beraroma biru, jadi saya berencana untuk membuat satu lagi postcard dalam sub tema Pink (doakan saya yaaa). Yang mungkin akan saya posting beberapa hari ke depan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, buat yang sekarang yang biru-biru aja dulu yaa.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Ini yang pertama </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-UkCOfgOG7Og/UTAfPzZzkKI/AAAAAAAAAKU/a93T2l2xnh4/s1600/IMG_0003.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://3.bp.blogspot.com/-UkCOfgOG7Og/UTAfPzZzkKI/AAAAAAAAAKU/a93T2l2xnh4/s320/IMG_0003.jpg" width="234" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Sebuah fiksi mini yang berjudul Delapan. Semoga bisa dinikmati. (tampilan foto sudah diedit, hehehe)</div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: center;">
Dan ini satu lagi</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-fR2wgCOMyCg/UTAhifBjeYI/AAAAAAAAAKg/6-4nnzPElyw/s1600/IMG_0002.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://2.bp.blogspot.com/-fR2wgCOMyCg/UTAhifBjeYI/AAAAAAAAAKg/6-4nnzPElyw/s320/IMG_0002.jpg" width="270" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebetulnya fiksi mini yang ini sudah saya posting dua hari kemarin. Tapi berhubung foto scannya gak jelas, jadi saya posting ulang. Foto sudah saya edit juga, biar agak-agak lucu gimanaaaa gituuu.. :)</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirul kata, terimakasih buat Kampung Fiksi yang sudah menyelenggarakan event keren ini. Semoga bisa sering-sering ya. Aamiin..<br />
<div style="text-align: center;">
*** </div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10216872955815203073noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-8506680041624836686.post-19623273014731510402013-02-26T18:37:00.001-08:002013-02-26T18:54:31.033-08:00#PostcardFiction Edisi Valentine<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-yKZ63dBA0RY/US1vNMwG7uI/AAAAAAAAAH0/N3S1K99ygRE/s1600/IMG.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="149" src="http://3.bp.blogspot.com/-yKZ63dBA0RY/US1vNMwG7uI/AAAAAAAAAH0/N3S1K99ygRE/s320/IMG.jpg" width="320" /></a></div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:RelyOnVML/>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: center; text-indent: 36.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Hujan Bulan
Desember</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: center; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">Oleh:
Herlia Annisa</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Aku
akan menjemputmu di penghujung Desember sebagai pengantinku.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ini
bulan Desember. Saat matahari lebih sering malu-malu tampak dan memilih untuk
bersembunyi di balik kelabu. Terkadang petir berteriak, menyuarakan tangisan
langit. Membuat Desember semakin menggigil dalam basah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Seperti
itu pula yang ia rasakan saat ini. Ketika semua janji-janji yang pernah begitu
ia percayai bahkan melebihi kitab suci tiba-tiba saja berbalik arah, menikam.
Adalah Dimas, pria yang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sanggup
membuatnya berbunga serupa warna-warna pelangi. Tiga tahun yang lalu cinta itu
bersemi. Ia tata, ia simpan dalam album kenangan, kemudian ia tangisi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Aku
akan menjemputmu di penghujung Desember sebagai pengantinku.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Itu
hampir tepat dua tahun lalu. Tak pernah sedikit pun ia menyangka bahwa cintanya
akan menempuh jalan penantian yang begitu panjang. Tapi harapan tak pernah lekang.
Meski Desember kerapkali menangis, toh ia tetap mengukir senyuman. Tak berani
membunuh asa yang kadung tumbuh subur dalam hatinya. Dimas sungguh mencintaiku
dan janjinya bukanlah palsu, begitu ia sering menggumam, menghibur diri
sendiri.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Namun
alangkah hancurnya hati bila ternyata semua penghiburan itu akhirnya berujung
kecewa. Ia tak lagi kuasa menahan air mata yang selama ini ia kemas rapi di
sudut-sudut kosong kedalaman dadanya. Tak membiarkan seorang pun melihat betapa
sesungguhnya ia menahan kecamuk badai.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sudah,
lepaslah sudah semua. Asa telah hancur berkeping dan janji-janji tak akan
pernah tertepati. Ia mengerang perih bersamaan dengan datangnya selembar surat
undangan bersampul biru. Tertulis nama Dimas Prasetya sebagai mempelai pria,
namun bukan dengannya.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;">***</span></span></div>
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10216872955815203073noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-8506680041624836686.post-50853211961898359872013-02-25T21:39:00.001-08:002013-02-25T21:39:19.445-08:00Dissension<span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-rXZwaX5zSvY/USxI6qaDbLI/AAAAAAAAAHk/oJliYxHHDf8/s1600/index.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-rXZwaX5zSvY/USxI6qaDbLI/AAAAAAAAAHk/oJliYxHHDf8/s1600/index.jpg" /></a></div><br />
<span><strong>Cezta</strong></span><br />
<span></span><br />
Sebuah pesan singkat terpampang di layar ponselku. <em>Kutunggu di sini, cepatlah datang</em>. Emoticon kecupan di akhir pesan. Aku tersenyum senang. Kupulas bibir dengan gincu warna menggoda dan perona pipi lembut yang membuatku merona. Kuganti bajuku dengan gaun one shoulder warna perak di atas lutut dan sepatu hak taji dari beludru berhias batu-batuan. Kau menggoda dengan missed call-mu. Jika kuangkat, kau tutup telponnya. Aku semakin tak sabar melihatmu. Kutata rambut dengan hair bun dan kusematkan hair piece molde bulu dan renda yang cantik.<br />
<br />
<span></span><br />
<em>Lima belas menit lagi, sayang. Aku siap. Aku dalam perjalanan</em>. Untung malam ini tidak macet. Kuketik pesanku dengan terburu. Beruntung kursus menyetirku tak sia-sia. Begitu sampai aku segera naik ke lantai dua. Klab masih sepi, baru pukul sebelas malam. Yang menunggu ada di pojok remang ruangan, menggunakan setelan gelap dan sepatu kulit yang mewah. Ia berdiri menyambutku. Kukalungkan lenganku. Ia berbisik, mendekatkan bibirnya di daun telingaku. Aku tertawa mendengar lelucon nakalnya. Ia semakin mengeratkan pelukannya di pinggulku.<br />
Apakah tidak ada setitik pun rasa bersalah atas sikapku? Kurasa tidak. Damian sudah memiliki cukup waktu denganku dan tak ada salahnya aku bersenang-senang dengan Fabio. Toh kami tidak memproklamirkan kedekatan kami sebagai hubungan tetap. Kami hanya melakukannya sebatas kesenangan dan kami saling membutuhkan saat pasangan kami sibuk. Bukankah jauh lebih menarik? Sekali dua kali aku juga akan bosan sendiri dan kembali pada Damian.<br />
<br />
<strong>Damian</strong><br />
Cinta itu indah, tulus dan suci. Kau tahu itu. Tak ada yang lebih membahagiakan hati seorang pecinta selain dicintai dengan sepenuh hati. Lalu, apalagi yang harus dipertahankan dari cinta bila kekasih berhianat dan memalingkan rasa. Aku hancur karenanya. Melihat dia dan lelaki itu saling bercumbu mesra dalam remang. <em>Seperti inikah wajah aslimu, Cezta. Jawab aku!</em><br />
“Aku dan lelaki itu tidak ada hubungan apa-apa Damian.”<br />
“Maaf! Aku tidak percaya padamu.”<br />
“Kau sudah salah paham. Aku mohon dengarkan dulu penjelasanku!”<br />
“Tidak ada lagi yang perlu dijelaskan. Apa yang aku lihat sudah lebih dari cukup untuk kujadikan sebagai bukti. Ingat, Cezta! Ini bukan yang pertama kalinya kau menghianatiku.”<br />
“Damian, aku mencintaimu.”<br />
“Pembohong keparat!”<br />
<br />
<strong>Cezta</strong><br />
Fabio meninggalkanku ke kamar kecil. Hari beranjak dini hari. Pukul dua. Teryata Fabio mengundang banyak orang. Suasana gegap gempita. Mereka mengira aku adalah kekasih Fabio. Namun Fabio tidak berusaha menampik ia semakin mengeratkan pelukannya di pinggulku dan tak menggubris ajakan perempuan lain untuk minum. Tanpa segan ia mengajakku dan memperkenalkan satu per satu kawan main maupun rekan kerjanya. Kulihat Fabio bangga membawaku dan bahagia menghabiskan malam denganku. Tiba-tiba terlintas untuk memilih Fabio saja.<br />
Fabio mengeluhkan perutnya. Ia kembali ke kamar kecil. Sudah kuduga. Ia pasti terlambat makan hari ini, telalu banyak alkohol dan kesehatannya buruk. Aku mengajaknya ke klinik dua puluh empat jam, beberapa blok dari sini. Fabio justru menarikku ke dalam rengkuhannya. “Tidak, aku tak mau menyudahi malam ini di klinik. Aku mau di sini, denganmu.” Kami bercumbu. Di sana, di kejauhan, Damian berdiri. Terlalu gelap, aku tak dapat mengartikan tatapannya.<br />
<br />
<strong>Damian</strong><br />
<br />
<span></span><br />
Kami bertatapan, aku dan Cezta. Sepasang kekasih yang pernah saling mencintai kini harus saling berhadapan dalam sebuah perseteruan. Pangkal masalahnya sederhana saja menurutnya, tapi aku tidak terbiasa dengan itu. Bagiku itu adalah sebuah masalah besar, yang telah menggerus harga diriku sebagai seorang laki-laki. Aku terhina.<br />
<br />
<span></span><br />
Cezta menangis. Tangannya gemetar menodongkan sepucuk pistol padaku. Begitu pun denganku. Tanganku mantap menggenggam baretta yang diwariskan ayahku. Aku tak bergeming. Tak ada lagi alasan untuk mundur barang setapak pun. Cezta sudah benar-benar membuatku muak. Seribu pembantahan yang dia muntahkan tak dapat memuaskan hasratku, apalagi membuatku yakin dan percaya padanya.<br />
Aku maju selangkah, kulihat Cezta sedikit beringsut mundur. Mungkin dia gentar. Tapi aku sudah bulat dengan tekadku. Satu tarikan nafas mengiringi gerak ibu jariku menekan pelatuk. Dan… Duar!! Kulihat Cezta terjengkang ke belakang, jatuh dengan tubuh bersimbah darah.<br />
<br />
<strong>Cezta</strong><br />
Damian menyeretku ke parkiran. Aku menjerit ketika ia membuka pintu mobil dan melemparku ke dalam.<br />
“Mobilku bagaimana?”<br />
“Jangan pikirkan itu!” ia membentakku. Ditariknya rambutku, “Dengar perempuan, mana harga dirimu? Mengapa kau rendahkan? Kau punya aku, buat apa kau kemari bersama laki-laki itu?”<br />
“Damian,” rintihku. Damian melepas rambutku. Kepalaku membentur dashboard. Sakit luar biasa. Entah dibawa kemana aku. Ia mengendarai mobilnya seperti orang kesetanan. Kami hampir menabrak sebuah taksi. Ia memaki si sopir melalui kaca yang terbuka. Ia tak henti membunyikan klaksonnya. Aku merasa ngeri. Di pinggangnya, yang ditutupi kaus dan jaket tipis, tersingkap sepucuk baretta. Aku teringat pistol yang selalu kusimpan dalam tasku untuk membela diri. Tas itu masih diselempangkan di pundakku. Aku bersiap.<br />
<br />
<strong>Damian</strong><br />
Aku menyeka peluh yang membasahi wajahku. Baru saja hendak kulangkahkan kakiku menuju pintu, ketika tiba-tiba aku merasakan nyeri yang teramat sangat di dadaku. Kepalaku rasanya seperti berputar-putar. Aku limbung dan jatuh terhempas membentur lantai.<br />
Entah berapa lama aku tak sadarkan diri. Hari sudah menua sepertinya saat aku terbangun. Senyap dan dingin begitu kentara di ruangan ini. Aku masih mengerjap-ngerjapkan mataku saat kudengar sebuah suara.<br />
“Rupanya kau sudah bangun, Damian.”<br />
Aku mengenal suara itu. Ya, suara itu milik Cezta. Dalam keadaan setengah sadar aku memutar pandangan. Kulihat Cezta tengah duduk di sebuah kursi panjang di tengah ruangan. Kenapa dia bisa berada disitu. Bukankah aku sudah membunuhnya tadi.<br />
“Kenapa kau memandangiku seperti itu?” Cezta bertanya.<br />
“Kau masih hidup?” aku keheranan.<br />
Cezta menyeringai. Bibirnya melengkung sinis.<br />
“Damian, tidakkah kau menyadari apa yang telah terjadi pada kita? Coba kau perhatikan dirimu. Apakah kita masih hidup?”<br />
<br />
<strong>Cezta</strong><br />
Damian melangkah mundur. Aku menerjangnya sekuat tenaga. Barettanya terjatuh. Kutendang semakin jauh. Aku memukulnya dengan sebilah kayu. Ia memuntir tanganku dan mendorongku ke sebuah peti. Kepalaku terantuk ujung peti. Darah mngucur deras. Aku berteriak. Ia menahan kedua tanganku. Aku berusaha menendang selangkangannya. Ia menamparku kanan kiri berulang kali. Aku menggigit lehernya. Ia memaki. Segala sumpah serapah keluar dari mulutnya. Aku menekan pelatuk. Pistolku memiliki peredam dari titanium. Ia makin menggila. Dicekiknya aku sekuat tenaga. Aku mencakar-cakar wajahnya. Ia mendorongku hingga terjerembab ke lantai. Kuraih pistolku. Ia berjalan ke arahku dengan barettanya, matanya buas siap melumatku hingga kepingan-kepingan terkecil. Aku takut. Mundur beberapa langkah. Ia maju.<br />
“Apa kau akan membunuhku?”<br />
<span>Ia tertawa dan menekan pelatuknya. Aku terjengkang. Dadaku sesak. bola mataku berputar.<br />
</span><span>***</span><br />
<span></span><span> With <strong>Erlinda Sukmasari Wasito</strong></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10216872955815203073noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8506680041624836686.post-76130622442511518802013-02-24T19:20:00.003-08:002013-02-24T19:20:40.031-08:0031<div style="text-align: center;">
<span>:Ann
<br />
<br />usia hanyalah angka-angka
<br />yang senantiasa berarak menjadi jarak
<br />dari mula kau dicipta
<br />hingga kelak memejam mata
<br />
<br />pun tanggal di almanak
<br />sejatinya hanya bilangan
<br />yang berulang dari tahun ke tahun
<br />tak ada istimewa kecuali wajah yang menua
<br />
<br />dengarlah Ann
<br />berjuta alunan dedoa
<br />bergema di ruas-ruas jiwa
<br />penuhi lelangit angkasa
<br />
<br />semoga luput segala petaka
<br />semoga mekar segala bahagia
<br />
<br />maka tersenyumlah
<br />dan ucapkan aamiin
</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10216872955815203073noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8506680041624836686.post-31607932339860618272013-02-21T21:02:00.001-08:002013-02-21T21:03:23.548-08:00Suatu Ketika<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-YcHqaActAmw/USb68rvc2LI/AAAAAAAAADw/BdamDDDxNrc/s1600/sss.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://4.bp.blogspot.com/-YcHqaActAmw/USb68rvc2LI/AAAAAAAAADw/BdamDDDxNrc/s320/sss.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<span style="font-style: italic;">And if you had a minute why don’t we go</span><br />
<div class="MsoNormal">
<i>Talk about it somewhere only we know</i></div>
<div class="MsoNormal">
<i>This could be the end of everything</i></div>
<div class="MsoNormal">
<i>So why don’t we go, somewhere only we know*</i></div>
<div class="MsoNormal">
<i> </i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Di sini kita pernah duduk bersisian menatap lalu lalang kendaraan yang melaju berlawanan arah. Di tanganmu tergenggam satu kaleng kopi instan dingin yang nampak berembun seolah mengeluarkan keringat. Aku selalu membutuhkan minuman dingin dalam kaleng agar kepalaku yang selalu panas tidak meledak, terangmu. Sementara aku dengan tenangnya menyeruput segelas teh manis panas yang sengaja aku pesan dari warung kecil di seberang halte. Kita memang selalu menjadi dua kubu yang berseberangan dalam banyak hal. Namun entah mengapa kita berdua selalu saja betah duduk berlama-lama menikmati malam yang tak bisa disebut indah.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Di sini pula untuk pertama kalinya kita bertemu setelah sekian lama hanya saling bertukar pesan lewat telepon selular. Pesan-pesan singkat yang tak dapat lagi kuhitung berapa banyaknya. Kau persis seperti apa yang kubayangkan. Seorang laki-laki yang tidak ramah namun cukup menarik. Dan kau hanya tertawa kecil saat kuungkapkan kesan pertamaku terhadapmu. Ya, seperti inilah aku, ucapmu singkat.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sekali lagi kita berada pada sisi yang berlawanan. Kau tahu aku tak pernah bisa diam, selalu saja banyak bicara, bercerita tentang berbagai hal. Bahkan cumi goreng mentega buatan ibuku pun bisa menjadi sebuah kisah panjang bila terlontar dari bibirku. Dan kau akan selalu menjadi pendengar paling setia di dunia ini. Padahal kau pun tahu betapa membosankannya segala apa yang kuceritakan itu. Aku terlahir untuk menjadi seorang pendengar bukan pendongeng, katamu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hingga entah pada pertemuan yang ke berapa, tiba-tiba saja kau terisak di pangkuanku. Kau mengeluh, kau bilang hidup tak pernah adil kepadamu. Mimpi dan cita-cita seolah tak pernah menemukan jalan untuk mendekat. Aku tak lagi punya harapan, aku lelah dengan keinginan. Aku hanyalah manusia yang terbuang, tangismu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Lalu kau mulai bercerita tentang masa kanak-kanakmu yang menurutmu kelabu. Ibumu tak pernah memeluk atau menciummu. Dan ayahmu pergi meninggalkan kalian berdua tanpa pernah kau ketahui di mana keberadaannya hingga kini. Saat itu usiamu baru delapan. Ibumu tidak bisa menerima kenyataan. Dia menjadi sosok emosional yang selalu meluapkan amarahnya kepadamu. Ibumu bahkan kerapkali memukul wajahmu bila dirasanya kau mulai bertingkah nakal. Aku hanyalah anak-anak yang tidak mengerti apa-apa, tidak tahu seperti apa dunia orang dewasa itu, uraimu dengan emosi yang menggelegak hendak tumpah. Dan aku hanya terdiam menatapmu, perih. Itu adalah pertama kalinya kau bercerita kepadaku. Membuka kisah tentang dirimu dan masa lalumu. Lalu kita pun saling berpelukan dan bertukar air mata, serupa dua orang yang telah berpuluh tahun tak berjumpa. Dinginmu menghangatkan kedua mataku dan hangatku mendinginkan air matamu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pelukan itu pulalah yang akhirnya menghantarkan kita berlayar dari malam ke malam, dari kamar ke kamar. Tanpa sekat, tanpa batas. Seolah dunia adalah sebuah padang rumput maha luas, dan hanya kita sajalah yang berdiam di atasnya. Padaku kau seperti menemukan tempat untuk berbagi kesah, dan padamu aku menemukan tempat untuk meluapkan cinta yang selama ini hanya tertahan di dalam dada.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Namun kenyataan memang selalu saja berselisih paham dengan keinginan. Sekeras apapun kita berusaha untuk tetap bersama, kita harus berpisah. Aku harus pulang, bisikku di antara helai rambutmu. Dan kau pun akan terdiam seolah tak merelakan kepergianku. Ada kalanya kau merajuk menggelayut manja memeluk tubuhku seperti seorang anak kecil yang tak rela melepas ibunya pergi bekerja. Tapi tetap saja aku tak bisa mengalah, aku harus tetap pergi, meski sesungguhnya aku tak pernah benar-benar pergi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bagaimanapun aku selalu berusaha mencuri kesempatan di sela-sela waktuku yang tak bisa dibilang lapang. Aku tak ingin membuatmu merasa kehilanganku barang sedetik pun. Seringkali di saat aku tak memiliki daya untuk menemukanmu kubiarkan anganku membentuk kisahnya sendiri. Kisah yang berbeda tentunya. Tentang kau dan aku yang bahagia, dua orang yang bertemu di tempat dan saat yang tepat. Menciptakan banyak momen-momen indah yang kelak akan kita kisahkan kembali kepada anak cucu kita.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sunggguh, aku ingin khayal itu menjelma nyata. Bukan hanya menggantung dalam mimpi-mimpi semu yang membuatku tak bersemangat bangun. Kau tahu betapa sulitnya menjadi aku yang harus menjalani dua peran berbeda di dua dunia yang berbeda pula, duniamu dan duniaku sendiri. Lalu pada akhirnya kita kembali terbentur pahitnya kenyataan. Menghempaskan tubuh kita ke tanah hingga pecah menjadi serpih-serpih debu yang hilang diterbangkan angin.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hari ini, kembali aku terdiam di tempat dulu kita bertemu untuk pertama kalinya. Di tanganku tergenggam satu kaleng kopi instan dingin yang tak lagi berembun. Entahlah, sepertinya aku mulai membutuhkan minuman dingin dalam kaleng agar kepalaku yang terasa panas tidak meledak. Hampir dua jam aku menunggu. Kau di mana? Beratus pesan yang kukirimkan tidak juga memperoleh balasan. Tidakkah kau tahu esok hari lonceng-lonceng gereja akan memanggilku untuk bersumpah. Ini mungkin akan menjadi akhir dari segalanya. Mengapa kita tak pergi saja ke suatu tempat yang hanya kau dan aku saja yang tahu. Aku tak butuh waktu banyak darimu. Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku mencintaimu, bukan mencintainya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i>Hampir dua jam aku menunggu. Dan aku mulai menangis </i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i>***</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
*Petikan lirik lagu somewhere only we know</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10216872955815203073noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8506680041624836686.post-61238233985562953572013-02-13T23:20:00.003-08:002013-02-13T23:21:26.432-08:00Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken (Review)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-CWI-fVvhYQw/URyP0g3lxbI/AAAAAAAAADg/V-zrEOXRllk/s1600/bibbi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-CWI-fVvhYQw/URyP0g3lxbI/AAAAAAAAADg/V-zrEOXRllk/s1600/bibbi.jpg" /></a></div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:RelyOnVML/>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Judul:
Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Penulis: Jostein
Gaarder dan Klaus Hagerup</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Penerjemah:
Ridwana Saleh</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Penerbit: Mizan</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Tebal: 284 Hal</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Harga: Rp.
39.000,-</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Jika fantasi sama dengan kebohongan, para
penulis mestilah merupakan pembohong yang paling antusias</i> (hal; 35)</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Dua sepupu Nils dan Berit, tinggal di kota yang berjauhan. Untuk menjalin
komunikasi,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mereka saling berkirim surat
dalam bentuk buku yang dikirimkan bolak-balik di antara mereka. Dalam buku-surat
tersebut Nils dan Berit bercerita tentang seorang wanita tua misterius<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang diketahui bernama Bibbi Bokken.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Anehnya, Bibbi Bokken ini seolah mengetahui
segala yang dituliskan oleh Nils dan Berit dalam buku-surat mereka. Dan oleh
karena itu Bibbi Bokken beserta komplotannya berusaha merebut buku-surat dari
tangan Nils dan Berit.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Nils dan Berit tentu saja tidak tinggal diam. Dengan sekuat tenaga mereka
menjaga agar buku-surat tidak jatuh ke tangan Bibbi Bokken. Bahu membahu mereka
bertindak bak detektif, menyelidiki asal usul Bibbi Bokken dan apa sebenarnya yang
menjadi tujuan Bibbi Bokken dan komplotannya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Lewat sepucuk surat yang terjatuh dari keranjang Bibbi Bokken, Berit
mengetahui bahwa Bibbi Bokken adalah seorang bibliographer yang sedang
menjalankan sebuah misi rahasia berkenaan dengan Perpustakaan Ajaib dan Buku
Yang Akan Terbit Tahun Depan. Lalu dimulailah petualangan Nils dan Berit, dari
kota tempat tinggal mereka hingga terowongan di dalam gua dan Roma, Italia.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Berhasilkah Nils dan Berit mempertahankan buku-surat mereka? <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Dan siapakah sebenarnya Bibbi Bokken ini.
Apakah ia adalah seorang penjahat, atau hanya seorang perempuan tua yang
kesepian. Atau justru dialah jagoannya. Jawabannya ada di halaman-halaman
terakhir buku ini.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Buku ini adalah buku kedua dari Jostein Gaarder yang saya baca. Setelah
sebelumnya sempat dibuat semaput oleh Dunia Sophie, akhirnya di buku ini saya
bisa tersenyum simpul bahkan tertawa lepas membayangkan keluguan dan kepolosan
khas anak-anak ala Nils dan Berit. Berkolaborasi dengan Klaus Hagerup, tak
menyebabkan Gaarder kehilangan ciri khasnya –bercerita di dalam cerita. Buku
ini lumayan tipis dan ringan untuk dibaca, namun tetap menyelipkan berbagai
ilmu pengetahuan di dalamnya. Di sini kita akan diajak berkenalan dengan Anne
Frank, Kalisifikasi Desimal Dewey, Winnie The Pooh, Jan Erik Vold, Peer Grynt,
perpustakaan dalam gua, tahapan-tahapan bagaimana sebuah buku diterbitkan, dan
lain-lain. Masih tidak berminat membaca buku ini? Mungkin petikan di bawah ini
bisa membantu mengubah pikiran anda:</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
“Buku
terbaik mengenai buku dan budaya-baca yang ada saat ini “</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">-Oldenburgische Volkszeitung</b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;">
<span style="mso-bidi-font-weight: normal;">Ilustrasi dari</span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"> <a href="http://www.google.com/imgres?hl=en&client=firefox-a&hs=hpZ&sa=X&tbo=d&rls=org.mozilla:en-US:official&biw=1280&bih=629&tbm=isch&tbnid=hKXQkM7bIES7qM:&imgrefurl=http://hurufbuku.blogspot.com/2013/02/perpustakaan-ajaib-bibbi-bokken.html&docid=R55Pamo5_PufNM&imgurl=http://2.bp.blogspot.com/-_jh_8vSgrJs/UQvZR1erB2I/AAAAAAAAAX0/n0gV87doBJA/s1600/Cover-Buku-Perpustakaan-Ajaib-Bibbi-Bokken.jpg&w=980&h=1566&ei=QZAcUYXlJ4n3rQfh1YCICA&zoom=1">SINI </a></b></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10216872955815203073noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8506680041624836686.post-41161812701603086102013-02-13T20:38:00.001-08:002013-02-21T22:02:58.402-08:00Matikota<h2 class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</h2>
<h2 class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-dM_2r7dejQo/URxp7ZFq14I/AAAAAAAAADQ/cGdCh_2_qoY/s1600/matikota.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-dM_2r7dejQo/URxp7ZFq14I/AAAAAAAAADQ/cGdCh_2_qoY/s1600/matikota.jpg" /></a>Kota kami terletak di
timur, di mana matahari terbit. Seharusnya kota kami hangat dan terang
seperti halnya matahari. Namun beberapa tahun terakhir kota kami
kehilangan cahaya. Gelap di mana-mana, menelan setiap cahaya yang
tersisa. Kami berkubang dalam pekat.</h2>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Awalnya penduduk kota
masih bisa tersenyum sekalipun berada dalam kegelapan. Setidaknya kami
masih memiliki harapan. Kota kami tidak akan gelap selamanya. Pasti ada
cara untuk mengusir kesuraman. Namun perlahan harapan pun mulai sirna
seiring dengan meluasnya kegelapan. Setiap inci tanah dan udara kami
dilahapnya dengan rakus. Hingga purna seluruh kota tenggelam dalam
pekat.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Beratus-ratus insinyur dan orang-orang hebat didatangkan dari seluruh penjuru negri untuk membasmi kegelapan. Serupa <i>superhero</i>
di televisi mereka berbondong-bondong datang dengan gagah berani.
Beraneka rupa teori dikemukakan mengenai sebab-musabab kegelapan yang
melanda kota kami. Mulai dari teori yang paling ilmiah sampai
teori-teori yang bernuansa mistis silih berganti berlompatan dari mulut
mereka. Satu persatu dari mereka pun mulai beraksi bak pahlawan. Namun
bukannya membereskan masalah, mereka justru malah membuat masalah baru.
Menimbulkan kekacauan –kekacauan baru sehingga kami semakin terpuruk.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Penduduk kota pun
mulai dilanda frustasi. Isak tagis terdengar membahana memenuhi seantero
kota. Ratapan dan caci maki silih berganti diteriakkan melalui pengeras
suara. Namun jeritan kami tidak pernah terdengar oleh siapapun. Kami
mulai kehilangan harapan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Jalan-jalan dipenuhi
manusia-manusia berwajah gerimis, tengadah dengan tatapan hampa.
Bayi-bayi menjerit kelaparan sedang ibu-ibu mereka hanya bisa membatu,
tak mampu berbuat apapun. Air susu mereka telah mengering. Yang
menggenang hanyalah air mata dan darah. Maka disapihlah para bayi. Air
susu diganti dengan air mata yang tak akan mampu mengenyangkan, apalagi
menyehatkan tubuh ringkih mereka.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hari berganti bulan
dan bulan berganti tahun. Kami mulai terbiasa. Tak ada lagi air mata
seiring dengan menghilangnya senyum dan juga tawa dari wajah kami. Kami
berubah serupa mayat hidup. Berjalan, bernapas, dan berbicara tanpa
ekspresi. Orang-orang bilang kami telah kehilangan mimpi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hingga pada suatu hari
dibangunlah sebuah pabrik di batas kota oleh seorang pengusaha besar
dari seberang. Pabrik mimpi namanya. Di sana mimpi diproduksi secara
besar-besaran. Mimpi-mimpi yang telah jadi kemudian dikemas dengan
sangat cantik dan didistribusikan ke setiap penjuru kota. Mulai dari
toko-toko besar di jalan utama hingga warung-warung kecil di ujung gang
memajang kotak-kotak mimpi di etalase mereka. Mimpi menjadi begitu mudah didapatkan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Berbagai mimpi ditawarkan dan dijual bebas dengan rupa-rupa harga dari yang murahan sampai yang mahal dan <i>ekslusif</i>.
Kami boleh membeli mimpi apapun yang kami mau. Mimpi erotis ataupun
mimpi-mimpi magis semua terserah keinginan kami. Harga tak jadi masalah.
Semua tersedia tanpa kecuali. Ada uang ada barang. Maka mulailah kami
menguras seluruh uang dan harta kami untuk memenuhi hasrat akan mimpi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pabrik mimpi terus
memproduksi mimpi. Toko-toko dan warung-warung pun terus meraup
keuntungan dari jual beli mimpi. Namun kami tak lagi memiliki uang.
Semua harta kami telah terkuras habis.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Penduduk pun mulai
beringas. Satu persatu toko dan warung penjual mimpi dijarah dan dibakar
habis. Pabrik mimpi pun akhirnya gulung tikar dan tak bisa lagi
beroperasi karena tak ada lagi toko dan warung yang mau menjual mimpi.
Maka musnahlah pabrik mimpi tanpa menyisakan satu mimpi pun untuk kami
kenang.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Penduduk yang marah
mulai kalap dan membabi buta. Satu persatu dari kami yang masih memiliki
persediaan mimpi dibunuh dan dirampas mimpinya. Kegelapan dan teror pun
akhirnya menjadi bagian dari hidup kami. Tak ada pilihan lain selain
mengikuti alurnya. Kami pun berubah menjadi makhluk barbar dan liar.
Memangsa atau dimangsa. Kami tak pernah lagi memikirkan mana kawan mana
lawan. Semua adalah lawan. Siapa yang kuat dialah yang akan mampu
bertahan. Maka, tak ada lagi kami dalam kepala kami. Yang ada hanyalah
aku.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
*ilustrasi dari <a href="https://www.google.com/search?q=kota+mati&hl=en&client=firefox-a&hs=haC&tbo=d&rls=org.mozilla:en-US:official&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=lGkcUajMMsjRkwWum4GIBQ&ved=0CAoQ_AUoAQ&biw=1280&bih=629#imgrc=88C42tsRAZiQkM%3A%3BKUt3jQXIj-DV7M%3Bhttp%253A%252F%252Flefthandsymphony.files.wordpress.com%252F2010%252F02%252Fkota-tua-_732_l.jpg%3Bhttp%253A%252F%252Flefthandsymphony.wordpress.com%252Ftag%252Fkota-mati%252F%3B600%3B399">SINI</a> </div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10216872955815203073noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8506680041624836686.post-22388785939888802892013-01-30T19:51:00.003-08:002013-01-30T19:51:59.963-08:00Telepon dari Alice<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Sepasang suami istri sedang bercakap-cakap di ruang makan. Nampaknya mereka baru saja menyelesaikan santap malam. Piring-piring kotor dibiarkan menumpuk di sisi kanan meja. Sementara dua buah cangkir bermotif bunga tergeletak pasrah di hadapan mereka lengkap dengan tatakannya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
“Kau mau teh lagi?” si istri menawarkan.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Boleh.” Si suami mengasongkan cangkir yang sudah hampir kosong.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Tadi siang Alice menelepon,” si istri menuangkan teh panas ke dalam cangkir. Aroma teh hangat segera meruap lembut menusuk hidung. “Sepertinya dia sangat merindukan kita berdua.”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Alice?” si suami mengerutkan dahi. Diseruputnya teh yang baru dibuat istrinya lambat-lambat. “Teh buatanmu enak sekali.”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Mungkin ada baiknya liburan musim panas nanti kita berdua mengunjunginya di asrama.”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Si suami bangkit dari meja, berjalan menuju ruang keluarga dan menyalakan televisi. “Acara televisi tidak ada yang benar,” gerutunya sambil menekan tombol stand by. “Membosankan.” Dia lalu melempar remote televisi begitu saja di atas sofa.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Si istri menghampiri dengan sebuah piring di tangan. “Biskuit?” tawarnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Tidak, aku sudah kenyang.” tolak si suami lalu menghempaskan pantatnya di atas kulit sofa diikuti istrinya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
“Aku ingin menjenguk Alice,” si istri merajuk. “Aku sangat merindukan putri kecil kita.”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Hmm, bisakah kau buatkan aku secangkir kopi.” pinta si suami.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Aku sedang bicara.”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Tapi aku sedang ingin secangkir kopi.<span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;">"</span> </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Hmm, baiklah.”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
Nampak malas si istri menyeret tubuhnya menuju dapur. Suara sendok terdengar berdenting kasar menggaruk-garuk dinding cangkir.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Bagaimana kalau kita ajak Alice sesekali bertamasya,” si istri mengasongkan cangkir kopi kepada suaminya. “Tadi di telepon dia bilang sangat ingin berenang di pantai.”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Kopimu terlalu pahit,” si suami mengalihkan pembicaraan. “Tidak seperti biasanya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Mungkin aku lupa menaruh gula.”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
”Kau tidak pernah lupa menaruh gula sebelumnya.”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Iya, tapi kali ini aku lupa.”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Kau tidak pernah melupakan apapun,” si suami mendengus lalu meletakkan cangkir kopinya di pinggiran sofa. “Kau hanya selalu lupa pada satu hal.”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Kenapa kau selalu mengajakku berdebat hal yang tidak penting setiap aku berbicara tentang Alice?”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Aku tidak pernah.”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Kau selalu begitu.”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Perasaanmu saja.”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Kau tidak pernah merindukan putrimu sendiri.”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
“Aku ngantuk,” si suami bangkit hendak menuju kamar tidur. “Sebaiknya kau juga segera tidur.” ia mengecup kening istrinya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Si istri meraih tangan si suami, mencoba menahannya pergi.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Aku ingin bertemu Aliceku.”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Suatu hari nanti kau akan bertemu dengannya, sayangku.”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Bagaimana bila kita berkemah saja kalau kau tidak suka pantai?”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Si suami menatap mata istrinya lekat-lekat. “Tidurlah,” ia mengulangi permintaanya. “Nampaknya kau kelelahan sekali hari ini.”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Tapi Alice…”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Sudahlah Beth,” si suami mengiba “Hentikan berbicara seolah-olah Alicemu itu nyata,” disentuhnya bibir si istri. Ia usap dan ia kecup dengan hangat. “Kelak kita akan memiliki Alice, tapi tidak sekarang.”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
*** </div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10216872955815203073noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8506680041624836686.post-38499907464541729672013-01-28T21:56:00.000-08:002013-01-28T22:03:00.230-08:00Perempuan dalam Cermin<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-hxIY40zc-kE/UQdlGVjB_vI/AAAAAAAAAC0/VM74Q1HPtXU/s1600/thedarkone12_crying_girl.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-hxIY40zc-kE/UQdlGVjB_vI/AAAAAAAAAC0/VM74Q1HPtXU/s1600/thedarkone12_crying_girl.jpg" /></a></div>
<h4 style="text-align: justify;">
</h4>
<h4 style="text-align: justify;">
Hari sudah malam benar, gelap telah sepenuhnya melahap bumi. Langit tak menyisakan lagi terang barang setitik. Bahkan bulan pun tampak enggan muncul malam ini. Mungkin ini dini hari, mungkin juga menjelang subuh. Aku tak peduli, dan memang tak ingin peduli. Letih mendera jiwa dan raga ini. Letih karena sebuah pertarungan yang entah dimenangkan oleh siapa. Dalam genangan air mata aku terbaring. Di sampingku terbujur kaku seorang lelaki dengan tubuh bersimbah darah. Sebilah pisau yang besar dan panjang tertancap di punggungnya. Kurasa dia sudah mati. Perempuan itu pasti sudah membunuhnya.</h4>
<div style="text-align: justify;">
Dia suamiku, lelaki yang pernah teramat kucintai. Pernah kataku, karena kini aku sudah lupa. Entah benar-benar lupa atau memang sengaja kubuat lupa. Yang kuingat hanyalah dengus nafasnya yang senantiasa berbau alkohol dan tangannya yang sekuat baja. Aku tahu tangannya sekuat baja, karena tangan itu sering bersarang di tubuh dan wajahku, membentuk lebam-lebam yang tak hilang dalam seminggu. Rasanya memang seperti membentur tiang baja yang banyak terpancang di jalan raya. Sakit, teramat sakit. Bukan hanya di tubuh ini, tapi terlebih di hati.</div>
<div style="text-align: justify;">
Perihal tangan suamiku yang sekuat baja itu bukanlah perkara yang asing bagiku. Hampir setiap hari aku melahapnya. Tak masalah benar atau salah, tetap saja baja itu melayang kepadaku. Padahal, lelaki itu adalah sosok paling lembut yang pernah kukenali dulu. Tapi waktu yang bergulir telah menumpas habis seluruh kelembutannya hingga tandas tak bersisa. Entah apa gerangan yang telah merasuki hati dan jiwa lelaki itu, hingga ia menjadi berubah kasar dan beringas. Mungkin karena tekanan pekerjaan, mungkin juga karena kekalahan di meja judi, atau boleh jadi karena kehadiran wanita lain. Entahlah! Aku tak ingin memikirkan tentang itu. Semua terlalu menyakitkan bagiku. Rasa-rasanya, memukul memang telah menjadi aktivitas kegemaran suamiku kini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bertahun aku mencoba bertahan demi sebuah puing-puing yang kusebut cinta. Meski aku tak tahu apakah cinta itu benar masih ada ataukah hanya sekedar ilusi belaka. Seperti yang sering kugambarkan dalam sebuah pola. Tak rumit, sangat sederhana bahkan. Tentang aku dan dia yang menggambar pelangi di langit senja. Juga tentang kami yang menabur bintang gemintang di gelap malam. Kulihat mereka berkedip jenaka. Aku tersenyum pun dirinya. Kami tertawa juga bercerita. Pada suatu masa yang kami sebut hari tua, juga mereka yang kami panggil anak-anak. Atau tentang peristiwa yang bernama kenangan dan nostalgia, juga kelak yang niscaya penuh canda. Ah, aku tak sanggup lagi melukis khayal yang serupa gambar tak nyata itu. Hanya mampu tergugu di depan cermin, mengalirkan bergalon-galon air mata yang tertumpah serupa bendungan yang jebol tangggulnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Akhiri semua!"</div>
<div style="text-align: justify;">
Itu adalah kalimat yang membuka perkenalanku dengannya, dengan perempuan dalam cermin. Dia sangat mirip denganku, bahkan sama. Hanya ada satu yang nampak berbeda. Perempuan itu terlihat jauh lebih tua dariku, mungkin sepuluh tahun. Wajahnya penuh dengan gurat-gurat kesedihan dan air mata. Matanya hitam pekat, lebih pekat dari malam. Tak ada kemilau disana apalagi gemintang, hanya ada nyala api yang membara. Tapi dia memang sungguh mirip denganku. Dan aku yakin benar, dia memang aku yang bukan aku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpa teman, tak ada kawan. Hanya ada aku saja berdua dengan perempuan dalam cermin. Perempuan serupaku dengan seringai yang melengkung tajam di sudut bibirnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Aku tak sanggup lagi!"</div>
<div style="text-align: justify;">
Hampir putus asa diriku menghadapi semua ini. Aku tak tahan, ingin aku pergi meninggalkan lelaki itu. Tapi ia selalu saja bisa menemukanku dan menyeretku kembali kedalam nerakanya. Aku terkadang menjerit pilu. Dimanakah Tuhan? Mengapa Dia membiarkanku terus dibelenggu oleh jahanam ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Aku tak sanggup, benar-benar tak sanggup lagi!" batinku menjerit pilu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tubuh ini mulai merapuh, tak lagi sanggup menahan hantaman baja lelaki itu. Hati ini sudah terlampau keropos, dimakan ulat-ulat kebencian yang terus berkembang-biak setiap detiknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Akhiri semua! Akhiri sudah semua!"</div>
<div style="text-align: justify;">
Dia sahabatku, satu-satunya kawanku berbicara. Hanya dia yang senantiasa temaniku dalam perih, lewati sepi yang merengkuh. Dialah perempuan dalam cerminku, yang selalu tawarkanku berjuta pilihan, imingi mimpiku dengan kisah-kisah pembebasan dari siksa dan nestapa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Malam itu semua biasa saja, tak ada yang istimewa. Awalnya hanyalah sebuah percakapan hambar disela makan malam yang tak bisa disebut hangat. Tiba-tiba lelaki itu memurka. Dengan penuh amarah dia lemparkan piring yang terdiam pasrah di hadapannya kearahku, tepat mendarat di pelipisku. Darah mengucur deras, aku meraung sejadi-jadinya. Apa salahku? Aku hanya bertanya tentang perempuan yang belakangan ini tampak begitu dekat dengannya. Kenapa dia harus membabi buta seperti itu?</div>
<div style="text-align: justify;">
"Jangan campuri urusanku!" ujarnya geram sembari mencengkeram leherku dengan kedua tangannya yang kuat seperti baja. Aku meronta, berusaha untuk melepaskan diri. Tapi dia terlampau kuat. Kurasa kematian tinggal sejengkal jarak saja denganku ketika tiba-tiba dia melonggarkan cengkeramannya dan mencampakkan tubuhku di lantai bagai sampah yang tak berarti. Dalam kesadaran yang telah menipis aku mencoba bernafas, menggapai-gapai oksigen yang terasa begitu sulit mendekat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lelaki itu pergi begitu saja, membalikkan badan dan masuk kamar. Dengan sedikit tenaga yang tersisa aku mencoba bangkit dan mengejarnya. Di tanganku tiba-tiba saja telah tergenggam sebilah pisau yang besar dan panjang. Tidak! Itu bukan aku, tapi perempuan itu. Perempuan dalam cerminku. Dia yang mengejar lelaki itu masuk kamar. Dengan sebuah gerakan cepat dia menikam punggung suamiku. Aku ingin mencegah, tapi kuurungkan niatku. Tak apa dia mati, memang itu yang kuinginkan. Kubiarkan saja perempuan itu menikam tubuh suamiku berkali-kali hingga ia pun roboh bersimbah darah, membentur lantai putih yang dingin. Darah menggenang dimana-mana. Aku mendekat. Kurasa letih mendera sangat. Dalam genang air mata aku terbaring, berusaha memejamkan mata. Terakhir kulihat perempuan itu menyeringai penuh kemenangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kau sudah bebas sekarang."</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku pun tertawa membahana dalam tangis.</div>
<div style="text-align: center;">
*****</div>
<div style="text-align: justify;">
*Stop KDRT..!!!!</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10216872955815203073noreply@blogger.com0